Hasil wawancara dengan Aryo Sunaryo (Pendidik, Penulis Buku “Rupa Wayang, dan Peraih Kategori Karya Terbaik Adi Acarya Award 2019)
Mari kita simak dan apakah Anda juga mengalami hal yang sama?
“Ketika masih aktif bekerja, kendala pertama ialah tidak banyaknya kesempatan untuk menulis naskah buku. Sebab waktu saya lebih banyak digunakan untuk menyiapkan bahan ajar, presentasi di kelas, bimbingan, dan tugas-tugas kependidikan lainnya.”
Apa solusi yang saya terapkan?
“Saya sadar bahwa di sela-sela kegiatan sebagai pengajar, menulis naskah buku harus dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, saya berusaha setertib mungkin menyiapkan, mendokumentasikan, dan mengumpulkan bahan ajar tertulis (hand-out) sebelum mengajar.
Selain mengumpulkan bahan ajar, naskah jurnal ilmiah serta laporan-laporan kegiatan penelitian atau pengabdian masyarakat juga dapat dijadikan sumber bahan yang baik untuk dikembangkan menjadi naskah buku.
2. Khawatir Tidak Sesuai Standar Pasar
“Kendala yang juga kadang menghantui motivasi saya untuk menulis sebuah naskah buku ialah keraguan apakah naskah yang ditulis nanti mendapat respon positif. Apakah akan banyak yang menyukainya?
Karya saya, yang banyak berbicara tentang wayang, mungkin tidak banyak “audiens”nya. Saat itu saya juga menganggap penerbit-penerbit hanya akan menerbitkan karya yang dipandang banyak pembacanya dan menguntungkan.”
Apa yang saya lakukan untuk mengatasi hal ini?
Beberapa naskah buku saya terbitkan sendiri (self-publishing) meskipun dalam jumlah terbatas, salah satunya melalui program GMB-Indonesia. Itu saya lakukan sesuai dengan kemampuan finansial, untuk kemudian saya tawarkan kepada publik melalui media sosial. Dengan begitu, keinginan untuk menyebarluaskan apa yang saya miliki sesuai dengan kemampuan pengetahuan saya, dapat terwujud.
3. Kendala Keterbatasan Referensi
Kendala lainnya ialah tidak selamanya sumber-sumber bacaan sebagai referensi penulisan tersedia di rumah.
Apa solusi yang saya terapkan?
Pergi ke perpustakaan atau browsing di internet untuk risalah-risalah tertentu dalam naskah buku yang akan dikembangkan, dapat menjadi solusinya. Untunglah, kebiasaan saya sejak muda mengoleksi buku-buku yang saya minati semakin melengkapi koleksi perpustakaan pribadi saya dan cukup membantu pencarian informasi-informasi yang diperlukan dalam waktu lebih singkat.
___________________________________
GMB-Indonesia memberikan fasilitas kepada kepala sekolah dan guru peserta GSMB Nasional 2020 atau Festival Literasi Denpasar untuk menerbitkan buku. Bantuan tersebut berupa voucher menerbitkan buku gratis yang diharapkan dapat mendorong guru untuk menerbitkan buku sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Sebagaimana pesan dari Drs. Aryo Sunaryo, M.Pd., “dengan mengikuti sayembara penulisan buku, pendidik dapat terdorong untuk berkarya lebih disiplin agar selesai pada waktunya,” pungkasnya.
Untuk informasi lengkap mengenai alur penerbitan buku ini, bisa hubungi Konsultan Program: wa.me/6285876473190
Unduh Voucher Guru dan Kepala Sekolah Periode Januari: https://bit.ly/VoucherPenerbitanJAN
Nyalanesia adalah startup pengembang program literasi sekolah terpadu, yang memfasilitasi siswa dan guru agar dapat menerbitkan buku, mendapatkan pelatihan dan sertifikasi kompetensi. Dengan dukungan teknologi terintegrasi, penyelenggaraan beragam event literasi dan pengembangan komunitas berbasis sharing economy, Nyalanesia hadir dengan nafas socioedupreneur untuk menciptakan ekosistem literasi terbesar di Indonesia.